KH. Dr. Muslih Idris, Lc., MA: Sosok Guru yang Menginspirasi

 

Mengaji bersama KH. Dr. Muslih Idris, Lc., MA, adalah pengalaman yang tak terlupakan sepanjang masa. Beliau bukan hanya seorang guru, melainkan sosok pembimbing yang mampu menanamkan semangat belajar yang tinggi kepada setiap santrinya. Kenangan bersama beliau penuh dengan berbagai momen yang mengajarkan banyak hal, baik dari sisi ilmu agama maupun dari sisi kehidupan sehari-hari.

Pertemuan pertama dengan KH. Dr. Muslih Idris, Lc., MA membawa kesan yang mendalam. Beliau selalu tampil bersahaja, dengan pakaian yang rapi dan sikap yang tenang namun penuh wibawa. Cara beliau berbicara pun lembut, tetapi mengandung ketegasan. Pada saat pertama kali kami mengaji dengan beliau, ada perasaan sedikit canggung dan tegang karena khawatir tiba-tiba ditunjuk untuk membaca kitab Ihya ‘ulumuddin, terutama saat pertama kali diminta untuk membaca salah satu bab yang ada di dalam kitab Ihya ‘Ulumuddin. Ketegangan itu terasa bukan karena beliau galak atau keras, tetapi karena merasa diuji oleh kemampuan diri sendiri. Terdapat satu nasihat dari Kh. Muslih yang masih teringat oleh kami, beliau mengatakan “Jangan takut salah, justru dari kesalahan kalian akan belajar, dan tidak akan mengulangi kesalahan nya lagi” katanya suatu ketika, sambil tersenyum. Melalui perkataan beliau, bahwa kesalahan bukanlah aib, melainkan bagian dari proses pembelajaran dan proses menuju kesuksesan.

Selain itu, sisi yang paling menarik dari KH. Muslih Idris adalah semangatnya yang tak pernah padam. Meskipun di umur yang sudah tidak muda lagi, beliau mampu untuk mengajar setiap hari nya dengan wajah yang cerah dan penuh semangat, seolah-olah tidak pernah merasa lelah. Bahkan, ketika mengajar kami tentang isi yang ada di dalam kitab Ihya ‘Ulumuddin, beliau selalu tampak segar. Tidak ada keluhan yang terdengar dari mulut beliau, meskipun terkadang santri melihat beliau duduk dengan tubuh yang sedikit letih.

Selain semangat yang kuat, KH. Muslih Idris juga dikenal sebagai sosok yang sangat telaten dalam mengajar. Beliau tidak pernah tergesa-gesa ketika menjelaskan suatu materi, dan selalu bersedia mengulang penjelasan jika ada santri yang masih belum paham. Hal ini tentu sangat membantu para santri yang kadang merasa tertinggal atau kurang memahami materi tertentu. Sehingga saya teringat salah satu ucapan dari penceramah di televisi, beliau mengatakan “Ilmu itu harus dipahami, bukan dihafal saja. Kalian bisa hafal banyak kitab, tapi kalau tidak paham isinya, buat apa?” melalui perkataan penceramah itulah akhirnya kami memahami bahwa KH. Muslih Idris mengulang penjelasan yang sudah disampaikan sebagai bentuk memberikan pemahaman yang jelas kepada santrinya. Di sisi lain beliau juga menekankan pentingnya pemahaman dalam setiap proses pembelajaran.

Muslih Idris juga memiliki kecintaan yang besar terhadap kebersihan. Hal ini terlihat jelas dari cara beliau menjaga kebersihan lingkungan pondok pesantren. Setiap kali beliau datang ke kelas, pasti beliau memperhatikan keadaan ruangan terlebih dahulu, bahkan ketika penulis hendak keluar kamar kemudian tanpa sengaja berpapasan dengan beliau untuk melakukan pengecekan kebersihan, dan mengatakan kepada penulis “Hati yang bersih harus dimulai dari lingkungan yang bersih. Jangan biarkan debu-debu dan sampah menghalangi kita dari keberkahan ilmu.”. Hal ini menjadi bukti bahwa beliau amat mencintai kebersihan.

Dalam kehidupan sehari-hari, KH. Muslih Idris adalah pribadi yang sabar. Tidak hanya dalam mengajar, beliau juga sabar menghadapi berbagai situasi, termasuk ketika menghadapi santri yang kadang sulit diatur. Beliau selalu mengedepankan dialog dan nasehat yang baik dalam menyelesaikan masalah. Kesabaran yang beliau contohkan menjadi pelajaran berharga bagi setiap santri, karena dalam kehidupan, tidak jarang kita dihadapkan pada situasi yang menguji kesabaran.

Di balik sosok beliau yang penuh wibawa, KH. Muslih Idris juga memiliki sisi humor yang kerap muncul dalam situasi-situasi tertentu. Terkadang, di tengah-tengah pelajaran yang serius, beliau menyelipkan candaan ringan yang membuat suasana menjadi lebih cair. Candaannya tidak pernah berlebihan, namun cukup untuk membuat para santri tertawa dan kembali semangat dalam belajar. Suasana kelas yang penuh keakraban inilah yang membuat setiap pertemuan dengan beliau selalu ditunggu-tunggu.

Mendengar bahwa KH. Muslih Idris telah berpulang membuat diri ini terpukul dan sangat sedih. Hati rasanya hancur karena kehilangan sosok yang telah begitu banyak memberi inspirasi, teladan, dan ilmu. Rasa sedih ini begitu sulit dilukiskan, karena beliau bukan hanya seorang guru, melainkan juga seorang ayah yang membimbing dengan penuh cinta dan kesabaran. Kenangan akan senyum, nasihat, serta pelajaran dari beliau akan selalu hidup dalam hati kami. Meski raga beliau telah tiada, ilmunya akan terus menjadi cahaya yang menerangi perjalanan para santrinya.

Setiap santri yang pernah belajar dengan KH. Muslih Idris tentu akan sepakat bahwa beliau adalah sosok yang langka. Keuletan, kesabaran, kebijaksanaan, serta semangat beliau dalam mengajar adalah teladan yang terus hidup pada setiap santri. Kenangan mengaji bersama beliau tidak hanya memberikan ilmu, tetapi juga memberikan pelajaran hidup yang sangat berharga. KH. Muslih Idris adalah cerminan seorang guru yang bukan hanya mendidik dengan ilmu, tetapi juga dengan hati yang Ikhlas.

Nanda Fajar S.Ag Mahasiswa Semester 6 Ilmu Al Quran dan Tafsir UIN Jakarta dan Alumni Mahasantri Sabilussalam.

Tim Penerbitan dan Publikasi Pesantren Luhur Sabilussalam